Sekarang kita mau ke mana lagi, Dek? Berkeliling
kota dengan kendali di tangan. Kau rangkul harapan
dengan mesra. Sementara hirukpikuk realita menyudutkan
romantisme kota di sudut jalan tanpa lampu.
Tutup hidungmu, Dek, dari asap keraguan. Percayalah
ku sedang membawamu ke dunia lagu tanpa lirik palsu.
Mimpimimpi akan kita bayar bersama dengan
tawa dan airmata. Pun kenangan akan kita tata rapi
di album hati.
Tapi kau selalu boleh mengingatkanku. Jika ku
berjalan terlalu kencang, atau arahku tak lurus.
Kau selalu bisa, Dek. Karena itulah aku memilihmu
jadi teman perjalananku.
Jogja, Februari 2007
kota dengan kendali di tangan. Kau rangkul harapan
dengan mesra. Sementara hirukpikuk realita menyudutkan
romantisme kota di sudut jalan tanpa lampu.
Tutup hidungmu, Dek, dari asap keraguan. Percayalah
ku sedang membawamu ke dunia lagu tanpa lirik palsu.
Mimpimimpi akan kita bayar bersama dengan
tawa dan airmata. Pun kenangan akan kita tata rapi
di album hati.
Tapi kau selalu boleh mengingatkanku. Jika ku
berjalan terlalu kencang, atau arahku tak lurus.
Kau selalu bisa, Dek. Karena itulah aku memilihmu
jadi teman perjalananku.
Jogja, Februari 2007
Komentar
Posting Komentar