Langsung ke konten utama

Hijrah

tersengal di antara petani-petani tidak mengenal lagi kebersamaan, nagari kepribadian datang-pergi injaki kaki lantas bersenggama dengan keberlarian masing-masing membentuk adat-istiadat baru yang entah dari mana datangnya itu. anggap sajalah memang belukar adalah rumah-rumah ular dan biawak, namun bidak-bidak tanah berhamparan sebelum belukar itu bertumbuhan adalah cinta tersemai di sana-sini. kiranya jeda-jeda waktu terlewati tak mampu menyiangi pagar-pagar keegoisan bersambutan hingga kita masih terkurung dalam bentuk-bentuk hari tersekati tiada kuasa menyulap ular menjadi cacing atau biawak menjadi cecak. ini jalan dikecami sebagai jalan pintas, namun perlu keberanian seperti itu supaya kita bisa mengerti arti bentuk dinamika. jika enggan untuk berkomunikasi dengan benar, belajarlah untuk berdialog dan jika dialog dianggap sebagai angin datang hilang berlalu, jadilah mayat hidup terus bergelantungan di antara setengah keberanian. ini memang jalan pintas, bukankah rindu itu hanya akan hadir setelah kita berpisah mengisi fashal-fashal bersendirian dan menangisi saat-saat kebersamaan itu terlewati begitu saja.

Nov '06

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007