Bahkan geramku hilang di sudut matamu
kepalku lumer pada suaramu
ketika sudut dan pekat
menjebakku hingga aku tersungkur
Embun itu menguap pelan
menantimu tak kuasa ia
miris menyaksikan buih dan gelombang
Dimana aku harus bertahta
teriaknya
masih pada laut
sedang ceruk yang kau tempati
sesak oleh mereka
Cepat
aku tak kuasa menanti harap dalam prasasti
mentari tak lagi bisa kuajak kompromi
sepilas bias cahanya
hanya akan meninggalkan kata
"selamat tinggal" diantara kita
Bukankah kita baru saja bersua
dalam rimbun dan sejuknya kata-kata
Oh..
ternyata
anginpun berkomplot dengan mentari
menguapkanku tanpa sisa
menghilangkan janji yang baru saja ku patri
Saksikan!!
bahwa dalam bias jingga dan lengkung pelangi
ada aku yang menjaring matahari
meski terlupa..
Jakarta, 28 Agustus 2006
Dan rasa itu, ternyata serupa embun pagi
sirna demi nuansa dalam warna
Komentar
Posting Komentar