Langsung ke konten utama

Terbit! Antologi Puisi Merah Putih Cintaku Karya Agus Irawan Syahmi

Telah terbit antologi puisi karya Agus Irawan Syahmi, seorang penyair dari SUmbawa. Antologi dengan judul Merah Putih Cintaku ini diterbitkan oleh KEMAS SAMAWI (Kerukunan Masyarakat Pecinta Seni Samawa Ano Rawi), Sumbawa Barat. Pengantar oleh KH Zulkifli Muhadli SH, MM (rektor Universitas Cordova Indonesia , di Taliwang, Kab.Sumbawa Barat). Cetakan pertama Agustus 2006 dengan tebal kurang lebih 96 halaman.


Merupakan antologi puisi tunggalnya yang kedua setelah Nyanyian Rembulan (2004). Terbagi dalam dua bagian Merah Putih Cintaku (27 puisi) dan bagian kedua dengan Sajak Cinta SMS (56 puisi). Dua puisi diantaranya dalam bahasa daerah Taliwang: Beka Po dan I..Aqu’na,… Bero Mo.
Puisi Beka Po sempat dibacanya dalam Apresiasi Sastra di SMAN Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Kamis, 9 Nopember 2006. Dalam acara yang disponsori oleh PT Newmont Nusa Tenggara tersebut hadir pembicara utama: Max Arifin dan Dinullah Rayes, dengan moderator Wahyu Sunan Kalimati, penulis buku Pilar-pilar Budaya Sumbawa.Dihadapan sekitar 150 undangan, Agus Irawan Syahmi menunjukkan kualitasnya sebagai pembaca puisi yang handal.

Dalam buku ini Agus Irawan Syahmi (AIS) masih berkutat pada persoalan teknis bahasa ucap. Dan belum sepenuhnya berhasil.
Meskipun dengan tema yang sama, kalau boleh membandingkan, puisi-puisi karya Wiji Thukul masih lebih “kena” meskipun dengan bahasa ucap Wiji Thukul yang ‘ala penyair kampung’ itu.
Atau bolehlah menengok puisi Goenawan Mohamad :Zagreb ---berbicara tentang tema sosial politik dengan begitu mencekam.
Beberapa puisi dalam buku ini malah terkesan sloganisme.
Kesibukan AIS sebagai politisi muda mungkin membuatnya tak banyak waktu membaca buku untuk menambah referensi dalam eksplorasi bahasa ucap.

Membaca judul antologi puisi Merah Putih Cintaku, spontan saya teringat pada penyanyi Leo Kristi. Lewat syair-syair lagu yang ditulisnya , nasionalisme, hadir dengan roh yang sungguh berbeda.

Namun ada juga puisi yang cukup menarik Menjelang Lebaran: Sehabis lelah mencapai/ Setelah lapar dikenyangkan/ Setelah birahi diragikan/ Setelah malam didirikan/ Setelah qalam dikhatamkan/ setelah duka fakir disenyumkan/ Setelah takbir, tahmid dan tasbih dilagukan/Selalu ada yang tergadai dalam sunyi jiwa/ Bila pintu maaf atas lafas-laku kami yang ternoda/Tak tersucikan dari kemuliaan kalbu jamaah seiman/
Perkenankan kami bersama kekasih keindahan surga MU/Taqabalallhu minna wa minkum/

Bagaimanapun kehadiran AIS menambah daftar nama penyair Sumbawa , selain Dinullah Rayes dan Asmi Dewi (karyawati PT Newmont Nusa Tenggara, yang sedang menyiapkan antologi puisi tunggal yang pertama).

Agus Irawan Syahmi, lahir di Tepas-Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, 37 tahun lalu. Bapak 3 anak , alumni Universitas Muhammadiyah Mataram..Saat ini menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
Sebelumnya telah menerbitkan antologi puisi tunggal Nyanyian Rembulan (Lembaga Kebudayaan LONTO ENGAL, Sumbawa , 2004).
Beberapa catatan berkesenian antara lain:
-Pendiri dan pembina Kerukunan Masyarakat Pecinta Seni Samawa Ano Rawi (KEMAS-SAMAWI) Sumbawa Barat
-Elemen Komunitas Sastra Sumbawa Barat
-Tim kreator Lembaga Kebudayaan Lonto Engal, Sumbawa
-Pendiri dan pembina lembaga musik PROGRES RAAW Taliwang, Sumbawa Barat
-Mengikuti Festival Teater Nasional di Solo, 1993 bersama Bengkel Aktor Mataram
-Menjadi sutradara pagelaran sastra Dari Catatan Harian Sahdi untuk Sahdia, karya Max Arifin, pada Festival Teater Kampus di Universitas Mataram, 1992.
-Ketua Bidang Teater SASENTRA Universitas Muhammadiyah Mataram 1990-1993
-Menjadi sutradara pagelaran sastra Lautan Jilbab karya Emha Ainun Nadjib bersama SASENTRA Universitas Muhammadiyah Mataram, 1993.

Alamat kontak:
Agus Irawan Syahmi,
Jl.Lasap Gang Brang Mate 13, Menala, Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat
Hp 081 339 722 369.


Agus Irawan Syahmi: Penyair Sumbawa
ANTOLOGI PUISI MERAH PUTIH CINTAKU


Penerbit : KEMAS SAMAWI (Kerukunan Masyarakat Pecinta Seni Samawa Ano Rawi), Sumbawa Barat
Pengantar : KH Zulkifli Muhadli, SH, MM (rektor Universitas Cordova Indonesia , di Taliwang, Kab.Sumbawa Barat)
Cetakan pertama : Agustus 2006
Tebal : ix + 96 halaman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...