Ada seorang Penyair
Masuk sana sini
Rangkul A dan B
Cium pipi kanan kiri
Tua ia
Kelabu matanya
Tapi nafsu birahi
Juga ambisi priyayi
Masih nyalang di selangkangannya
Kata-kata
Ya, kata-kata
Sudah masuk ke comberan
Uang bertimbun di sakunya
Siapa ia?
Tak perlu sebut nama
Cukup kau lihat forhandnya
Perkasa katanya
Meski aku tak yakin
Surat kabar yang memuat fotonya
Media propagandanya
Kekasihku, lihatlah
Ia sekarang di sini
Meracuni tunas baru
Yang masih polos dan lugu
Sedang aku
Hanya bisa ngungun
Meneggak bir dengan hati ngilu
Kuasa yang adalah karunia
Hari ini
Kembali dijerumuskan
Ke dalam nista
Lewat seni
Atas nama estetika!
Sepertinya
Kita memang harus
Menabur bunga
Di atas tanah kuburannya
Meski saatnya belum tiba
Kedai Kebun, 9 Nopember 2006
Masuk sana sini
Rangkul A dan B
Cium pipi kanan kiri
Tua ia
Kelabu matanya
Tapi nafsu birahi
Juga ambisi priyayi
Masih nyalang di selangkangannya
Kata-kata
Ya, kata-kata
Sudah masuk ke comberan
Uang bertimbun di sakunya
Siapa ia?
Tak perlu sebut nama
Cukup kau lihat forhandnya
Perkasa katanya
Meski aku tak yakin
Surat kabar yang memuat fotonya
Media propagandanya
Kekasihku, lihatlah
Ia sekarang di sini
Meracuni tunas baru
Yang masih polos dan lugu
Sedang aku
Hanya bisa ngungun
Meneggak bir dengan hati ngilu
Kuasa yang adalah karunia
Hari ini
Kembali dijerumuskan
Ke dalam nista
Lewat seni
Atas nama estetika!
Sepertinya
Kita memang harus
Menabur bunga
Di atas tanah kuburannya
Meski saatnya belum tiba
Kedai Kebun, 9 Nopember 2006
Komentar
Posting Komentar