Langsung ke konten utama

Buju' Tamuni


Buju' Tamuni*

pohon pohon bernyanyi
yang hidup dan yang mati
mendengar tanpa telinga
melihat tanpa mata

sungai, jurang, gunung dan hutan
dalam diri telah asing pada pangkalan
sembunyi ke dalams epi
suaranya telah purba

terpencil
terpercik darah bumi
batu batu telah lari dari mimpi
terpacak ke permukaan ruhani

timbul tenggelam
di antara gelombang dan harga diri
mencari gua garba, mencari kebenaran
tempat asal muasal dzat yang agung

ini bukan darah dan tanah
tapi nanah yang tercipta
sebelum kalimat taklit selesai
bahasku hanya mantra

ketika menciptakanmu
bukan kelahiran yang kumau
namun kematian yang kuajarkan
hingga kau menjadi diri di bumi

kau dilahirkan karena perjanjian
pohon pohon itu saksinya
hingga ia minta kendi dagingmu
digantung di dahan hiduo

seolah bayanganmu sendiri
di dunia yang tak terlihat
penuh belatung, bau busuk
usus, daging, darah dan udara

kuburan itu kini sepi
menanti kedatanganmu
yang bukan
bayang bayang


Sumenep, 2006

Berarti kuburan ari-ari, terdapat di batuan Sumenep, berkaitan dengan nazar kelahiran bayi, ari ari dimasukkan kendi dan diletakkan di bawah atau di atas pohon hingga bergelantungan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007