Langsung ke konten utama

Biarkan Pagi Cerah Baginya

BUAT PARA EKS TAHANAN POLITIK
 
Wahai Saudara yang merasa hidupnya teraniaya….
Terpinggirkan tersisihkan oleh setumpuk fitnahan
 
Kini Senja sudah tiba diujung jalan hidupmu.
Pagi dan Siang bukanlah milikmu lagi
Karena esokmu bukan berada disini
Tapi disana dibentang jalan abadi
 
Biarkan mereka yang masih dibuai pagi
Menapaki jalan, yang tidak berduri lagi
Biarkan tangan  tangan mungil mereka
Berjabat mesra,sesama penerus bangsa
Karena mereka, bukanlah engkau
Karena mereka bukan pula dia
Dia yang menebarkan duri ditapak jalan hidupmu
 
Mereka penerus kita
Anak anak turunan kita
Anak aku,anakmu juga anak anak dia
Dia yang menebarkan duri ditapak jalan hidupmu
 
Berikan peluang riang ......
Pada mereka yang sedang memeluk hangatnya siang
Disenjamu, walau kau Jemu ,
Tak bijak membuat mereka saling ber adu
 
Hidupmu ....bukan milikmu
Hidupku .... bukan milikku
Hidupnya....bukan miliknya juga
 
Bila adil tak kunjung engkau terima
Jangan kau sangka perampasnya bahagia
 
Bila dibentang jalan dunia,
Dia lepas ..tak terbalas
Masih ada Yang Diatas
Penguasa Tak Berbatas
 
Biarkan pagi dan siang Dunia
Berikan rasa bahagia
Bagi keturunan kita
Tanpa benci yang kau tanam
Tanpa dendam yang kau pendam

 

PutNus 20-08-2006

Menjelang Semptember yang hitam itu.

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007