SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...
di sini tak lagi ada sungai. hujan menggantikannya. jika pun malam, bulan berselimut di ranjangnya...
BalasHapusanda pandai sekali menikmati suasana sehingga tidak hanya menikmati bulan yang ada di langit. Tetapi juga bulan di sungai-sungai, kolam-kolam dan jangan lupa yah menikmati bulan yang ada di hati-hati pembaca puisi anda. Menyenangkan!
BalasHapus:)
bulan tak pernah tenggelam di sungai-sungai dan kolam-kolam imaji kita
BalasHapussalam :)