Kau terlahir untuk hidup dan menjadi puja bagi orang - orang yang tlah dulu jauh darimu.
Aku menyayangimu namun dengan luka ku.
Begitu juga dengan senyum ku yang membencimu.
Aku tak harap lakukan ini padamu.
Namun apa pula yang akan kau nafas di alam ini?
Yang tak bisa aku bagi denganmu.
Maaf yang kau terima mungkin tak pantas untuk kau tau.
Sebab dan arti kau kembali dan tak terlahir,
karena kau tak layak mendapat cerca mereka..
Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”
semoga dimaafkan
BalasHapusdalam duka