lihatlah, ketika perempuan itu memijakkan kakinya yang telanjang di atas kerikil jalanan dalam gigil musim dingin yang masih tersisa, matanya sayu menatapku, serta merta bibirnya terkatup terbuka hendak bertanya namun tertahan, angin. sedang apa engkau? mencari apa engkau? bukan tanyamu melainkan tanyaku yang justru lebih dulu keluar. memberondong. perempuan itu masih terus berjalan, dengan kakinya yang telanjang di atas kerikil jalanan dalam gigil musim dingin yang masih tersisa.
lihatlah, perempuan itu hanya membutuhkan satu senyuman saja untuk menjawab pertanyaanku. kemudian hilang tanyaku perlahan dalam kabut bersama angin, dingin. aku mendadak gagap, ketika menyadari betapa senyum itu masih menyisakan manis. gerangan siapakah yang membawa ingatanku kembali?
lihatlah, perempuan itu berhenti di bawah teduh pohon relung nasibnya, dan sejenak ia melambaikan tangan padaku sembari berbisik. lirih. menjawab pertanyaanku. aku tidak sedang apa, aku hanya sedang menyusuri jalan pulang yang panjang ini. tapi aku yakin aku akan sampai. pun tidak sedang mencari apa, karena pencarianku telah luruh dalam diriku sendiri.
dan aku mendengarnya, walau dari tempatku berdiri.
kr, april 2006
Komentar
Posting Komentar