dari gubuk tua
terpencil di belahan katulistiwa
jiwajiwa tertegun diam
dalam dekap desir dosa-dosa
termangu,
dalam jubah usang berlapis sembilu
guntur menggelegar tibatiba
di sebuah pagi buta yang jelita
mengguncang tawa
berselimut gema peradilan buta
bagi jiwajiwa yang berpaling
meretas tarian air mata
di sudut altar penggembala
Ayah meniup terompet sangkakala
langit berhujan
bumi berguncang
laut membuncah
mengukir bah menggulung tanda
Ayah berkata,
bah itu,
roh suci abadi
yang menyapa
Medan Merdeka Timur, 10/06/2005
Komentar
Posting Komentar