Tristesse
Oktarano Sazano
Penerbit Masyarakat Puisi
Cetakan I, Oktober 2004<
100 Halaman
salah satu puisi dalam antologi:
MALAM TERAKHIR
1
Pada malam terakhir,
kupanggil nama seorang lelaki yang mencintai perempuan api
yang merelakan dirinya terbakar oleh anak anak cinta
yang lahir dari rahim ketakutan
dan memasukkan abunya ke dalam sebuah kendi pecah
untuk dipersembahkan di kuil cahaya yang pilar-pilarnya adalah batu, tumbuhan dan hewan, menyisakan seorang lelaki muda tanpa cela sebagai penjaganya
2
Dia menaburkan separuh abu lelaki yang mencintai perempuan api di atas tulang para penyair yang mati di tiang gantungan dan separuhnya lagi di atas tanah yang menumbuhkan sekuntum mawar putih, kemudian dia berdoa sepanjang musim yang pernah ada dan membuat tembok tembok berlubang pada malam hingga memecahkan cahaya rembulan dalam titik titik yang terpencar, setiap titik itu adalah kehidupan dan menjadi nyawa bagi setiap lelaki yang mencintai perempuan api di setiap masanya dan bagi yang telah berlalu ditutupnya satu lubang hingga datang masanya untuk kembali
3
Dalam setiap mimpi yang terlekang Lelaki yang mencintai perempuan api masuk ke dalamnyaMeniupkan keanehan pada penampakan hingga semua yang jauh terasa begitu dekat seperti keajaiban pada kehidupan legendaris , lelaki itu pula yang mencuri puisi-puisi yang dia sembunyikan di balik bantalnya, di catatnya dan kemudian terbakar ketika fajar menjelang
4
Seperti dia yang semakin menjadi jiwakuSeperti api yang menjelma menjadi seorang perempuan Seperti rahasia yang selalu datang dan bergantiSeperti itu pula dia akan membunuh penjaga kuil cahaya dengan abu yang tertanam dalam bumi
Malang, August 2003
Komentar
Posting Komentar