Langsung ke konten utama

Sajak Cinta Seorang Demonstran


aku bikin selebaran ini, kekasih
seperti ketika seorang demonstran tertembak mati
aku kirim selebaran ini, kekasih
segenting amuk massa di tengah kobaran api

orang orang ini bangkit dari gorong gorong kota
mengalir dari ladang ladang yang nestapa seperti juga aku
yang dihasut salakan jiwa
dibakar amuk rasa

aku berikan selebaran ini, kekasih
demi harapan agar kamu percaya
bahwa sengit surya pada aspal jalan jalan kota
tak pernah redamkan asa
betapa insektisida makin melangit harganya
sedang kelaliman pasar
sudah lama jadikan saat panen tak pesta

itulah alasan kenapa aku harus tumpah di sini
meneriakkan yel yel
dan mengibarkan panji panji cinta
di depanmu. Kepadamu


sebab seperti juga mereka
aku selipkan selebaran ini, kekasih
karena aku begitu mencintai hidup
lantaran harapanku padamu adalah suburnya padi
yang tumbuh di ladang hati yang bersih
bukan dedar benih obsesi lantas mati
bukan candu obat obatan non organik yang blai
seperti mimpi petani yang merdeka menjual hasil kerja
tanpa gemetar di hadapan teror permainan harga

aku hasut kamu, kekasih
untuk mencintaiku
seperti kebenaran para penghuni gorong gorong kota yang terjepit
seperti kepapaan yang melulu menghimpit
yang menyumpah dan mengumpati hidup akibat sulitnya hidup
yang meratapi lambungan harga harga akibat timbunan barang barang langka yang sebenarnya tak langka

aku hasut kamu, kekasih
untuk kumiliki
karenanya aku bikin selebaran ini
lantaran dalam hidup
aku masih kuasa untuk bermimpi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...