Maj-Nun
Gi-La
Menyusuri jalan panjang penuh stopan
mengais renah-renah kata di pinggir jalan,
dan puntung-puntung yang terbuang di tong sampah aneka warna
mereka tertawa, disangkanya gila
tetap saja mencintai mereka
( cemooh dan puja menjadi titanic, ada untuk tiada, abadi sebagai
tanda )
Kata warna, angka, rasa
terbungkus sarung polos coklat tua
diberikan, dipinjam, dicuri siapa saja
tawa dalam rela
Sungaimu mengalir menuju samudera
batas tak terhingganya, kelilipan mataku karenanya
( menunggang hiu menggenggan mutiara )
nafasku memburu, tubuhku membiru
Lho, malah menguap, aku tak bersayap untuk jadi senyap
"Umbu, umbu !" bisik paraumu
"Kamu, kamu !" serak suaraku
Caruban-Madiun, 25 Desember 2005
Komentar
Posting Komentar