SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...
adakah di pikiran kalian, aku, dan kita semua, tentang pengabdian seni untuk seluruh umat manusia!!!!
BalasHapuscintailah tanah air, cintailah orang tua, cintailah, kerja dan kaum pekerja, cintailah ilmu dan guru, cintailah hidup dan penghidupan!!!
bukan cintailah individu-individu, yang telah dipoles sedimikian rupa, oleh pasar!!!
kalian para pengkritik seni, dari kritikus, dan kritik yang yang paling kritikal, telah di beli!!
untuk menaikkan harga pasar sebuah karya seni....