seonggok lelaki, tertancap: di sini
mengerami percik-percik ombak
di pasir-pasir
yang malam ini, putihnya,
begitu sedapnya oleh sapuan purnama
lelaki : membaca ombak
dan mulai menghitung satu per satu
panah-panah sunyi yang kian meruncing
ter-arit angin.
dan sebakar resah memuntung di jemari
serta kepul asapnya tak sanggup
membohongi risau lelaki yang juga ngepul
pada ini purnama
tak seperti lampau-lampau,
ketika malam-madu masih
akrab kita cipta tiap tiba malam-panjang
: aroma rambut-lumutmu
yang baunya sewangi embun
telah menysisa ledakan duri, yang tikamnya
menancapi sakit ke dinding-dinding ingatan
sekeping lelaki, lentang sejajar-pasir
selalu ingin menceburi genang langit
yang menyakitkan,
sebab sendiri-ini
telah keterlaluan-sunyi, mengalahkan
sunyinya bangkai-bangkai penghuni pekuburan
setetes lelaki, teriakkan nama hingga berpetir,
mengacak-acak pasir yang juga
ialah tentang seayat sumpah
yang pernah tumpah di tepi pulau
:di genangan danau, Toba,
lelaki-retak, mengaduk-aduk puing air mata
sembari menunggumu, persis di pesisir Samosir
sebab eembun yang selalu kuwarnai dengan rindu
telah semakin jelma tembok hitam yang meninggi
Pasir Putih – Parbaba, Okt ‘08
mengerami percik-percik ombak
di pasir-pasir
yang malam ini, putihnya,
begitu sedapnya oleh sapuan purnama
lelaki : membaca ombak
dan mulai menghitung satu per satu
panah-panah sunyi yang kian meruncing
ter-arit angin.
dan sebakar resah memuntung di jemari
serta kepul asapnya tak sanggup
membohongi risau lelaki yang juga ngepul
pada ini purnama
tak seperti lampau-lampau,
ketika malam-madu masih
akrab kita cipta tiap tiba malam-panjang
: aroma rambut-lumutmu
yang baunya sewangi embun
telah menysisa ledakan duri, yang tikamnya
menancapi sakit ke dinding-dinding ingatan
sekeping lelaki, lentang sejajar-pasir
selalu ingin menceburi genang langit
yang menyakitkan,
sebab sendiri-ini
telah keterlaluan-sunyi, mengalahkan
sunyinya bangkai-bangkai penghuni pekuburan
setetes lelaki, teriakkan nama hingga berpetir,
mengacak-acak pasir yang juga
ialah tentang seayat sumpah
yang pernah tumpah di tepi pulau
:di genangan danau, Toba,
lelaki-retak, mengaduk-aduk puing air mata
sembari menunggumu, persis di pesisir Samosir
sebab eembun yang selalu kuwarnai dengan rindu
telah semakin jelma tembok hitam yang meninggi
Pasir Putih – Parbaba, Okt ‘08
Komentar
Posting Komentar