Langsung ke konten utama

Malam yang Buruk

Ini malam yang buruk
asap ganja, perut yang lapar,
langit-langit gedung yang mengerikan—
lambang negara dan potret sepasang lelaki
yang entah apa gunanya. Sebaiknya aku pergi
sambil mengingat-ingat potongan sebuah lagu
seperti mencari-cari wajahmu. Aku melupakan
lagu itu tapi sepasang matamu telah lebih dulu
menghisap pikiranku

Aku berjalan dengan sepasang mata
yang tak punya pikiran—di sebuah malam
ketika listrik seluruh kota dipadamkan
dan hujan diturunkan

Ini malam yang buruk
asap ganja, perut yang lapar,
bayangan bahwa malam ini aku bisa
saja mati. Aku ingin menangis untuk ketakutan
dan kesedihan banyak orang. Kuingat sebuah puisi
dan kulupakan. Aku tak ingin memikirkan apapun

Aku berjalan dengan pikiran
yang tak lagi punya siapapun. Sepatuku basah
dan berlintah. Orang-orang memandangku—
merogoh-rogoh pikiranku, mencari-cari namamu
seperti suara yang memanggil-manggil ibu

Asap ganja, perut yang lapar,
jendela-jendela rumah dan gedung
tertutup, seperti mata yang terpejam

Ini malam yang buruk...

2011
Ahda Imran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007