Ketika aku disangka penghilang dahaga, dan seorang militan
tergiur kepada yang sejuk, di situ permulaan itu ditanam.
Dari pahitku yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Lalu, jadilah ia,
kau, dan mereka, dikepung perasan satu pahit satu pilihan.
Menjadi kobaran api, kepalan tangan, dan semacam maklumat
yang menjelma kaki-kaki yang kokoh.
“Kami lahir kembali dari pahit yang tak sengaja”
Orang-orang berwajah lain semakin datang, semakin militan
membentuk pekarangan rumah. Membentuk yang samar jadi sumpah,
jadi guyup, jadi yang tak bisa diterka seperti anak panah dalam kabut.
Ada kembang mayang bermekaran seperti doa-doa, ada penumbuk padi,
ada perkakas yang dibunyikan terus menerus. Ting, ting, ting!
Ia, kau, dan mereka berjalan seperti peronda, mengenali letak bintang,
membedakan daun gugur dan yang digugurkan,
mencium bau bangkai sebagai kabar.
Bila ada yang menyapa, menyapa dalam isyarat,
menyapa yang di balik pintu, “kita sampai di mana sekarang?”
2012
Alek Subairi
tergiur kepada yang sejuk, di situ permulaan itu ditanam.
Dari pahitku yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Lalu, jadilah ia,
kau, dan mereka, dikepung perasan satu pahit satu pilihan.
Menjadi kobaran api, kepalan tangan, dan semacam maklumat
yang menjelma kaki-kaki yang kokoh.
“Kami lahir kembali dari pahit yang tak sengaja”
Orang-orang berwajah lain semakin datang, semakin militan
membentuk pekarangan rumah. Membentuk yang samar jadi sumpah,
jadi guyup, jadi yang tak bisa diterka seperti anak panah dalam kabut.
Ada kembang mayang bermekaran seperti doa-doa, ada penumbuk padi,
ada perkakas yang dibunyikan terus menerus. Ting, ting, ting!
Ia, kau, dan mereka berjalan seperti peronda, mengenali letak bintang,
membedakan daun gugur dan yang digugurkan,
mencium bau bangkai sebagai kabar.
Bila ada yang menyapa, menyapa dalam isyarat,
menyapa yang di balik pintu, “kita sampai di mana sekarang?”
2012
Alek Subairi
Komentar
Posting Komentar