Langsung ke konten utama

High Lander *)

Kujelaskan padamu, segala sesuatunya
telah kupahami sebagai puisi. Juga bajumu
yang kumal dan sepatumu yang mengelupak
ratusan tahun adalah kesendirianku menghuni
rumah ini. Membersihkan daun-daun pintu,
mengganti alas meja, atau memasang
tempat-tempat lilin. Apabila cuaca baik,
aku berjalan-jalan ke arah sebuah kota
bercakap-cakap dengan anggota parlemen
yang selalu menggaruk-garuk lidahnya,
menyapa anak-anak yang bermain
dengan bonekanya yang buntung.

Tengah malam, ikan-ikan
dalam sungai menghirup nafasku
dari sebuah lubuk yang paling rahasia
tengah hari kau datang
membawa keletihan
dan kecemasan

Kujelaskan padamu, aku hidup mewarisi
Kaum Abadi, berada dalam seluruhnya, juga
ketika segala sesuatunya menjadi letusan-letusan,
bendera-bendera, pidato para pemimpin
yang membosankan, sedu-sedan kekasih di pantai
nan jauh. Bukan. Ini bukan awal musim hujan
penghabisan. Dengan senang hati aku akan terus menulis
surat padamu, juga puisi. Menangis diam-diam,
tidur di sebuah perahu, lalu terbangun

dan memulai kembali mimpi buruk ini


1998
Ahda Imran
*) Sebuah legenda Skotlandia yang pernah menjadi serial televisi dengan bintang Lorenzo Lamaz, juga pernah diangkat ke layar film dan dibintangi oleh Sean Conery

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...