Langsung ke konten utama

ANTOLOGI PUISI PREMPUAN

PEREMPUAN

kaulah cermin
berkaca seluruh jaman

dari rahimmu
lahir anugrah kehidupan
dari katamu
tercipta doa dan kutukan

Madura, 2007 M


PEREMPUAN KARIR

banyak yang naksir
di kanvas sejarah nama terus terukir

Madura, 2007 M

PEREMPUAN KOTA

masuk kamar kunci pintu
lihatlah dari jendelamu
dunia sangat buas memangsamu

kalau sampai tertangkap

kau 'kan dicetak menjadi merk-merk minuman
iklan-iklan dan koran-koran

pasar, kaantor dan hotel
makin pandai buatmu terkenal

namun hanya sebentar

bila purnama di wajahmu redup
daun usiamu menguning
kau pun mengasing

pintu-pintu yang kau singgahi dulu
tak lagi ramah menyambutmu
hanya pintu taubatmu
masih setia menunggu

Madura, 2007 M

PEREMPUAN MALAM

siang berbaju petang
parfummu memanggil kumbang-kumbang

kamar demi kamar kau rayu
rumah demi rumah kau cumbu
hotel demi hotel kau madu

kau lupa waktu
lupa debu

Madura, 2008 M

PEREMPUAN SHALEHAH

kaulah rembulan
dambaan adam saat kelam

menikahimu
serupa menggenggam surga

aku semakin tergoda

Madura, 2008 M

PEREMPUAN KANTOR

hidupmu penuh berkas
senyummu penuh majas
pagi kau berkemas
malam kau dikemas

Madura, 2007 M

PEREMPUAN DESA

kau sangat alami
serupa daun musim semi
mewarnai hatiku tiada henti

Madura, 2007 M

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007