NUBUAT BINTANG-GEMINTANG
: sepenggal cerita kerajaan
VIRGO
bintang di atas bintang
memberkatimu sebagai jejaka kharismatik
menepis selarik kekeliruan dari lamun-lamun ke laut mati
VIRGO dilahirkan
pada pedati seorang pedalaman yang membakar hutan untuk meladang
di bantaran benua enam jangkrik-jangkrik menyanyikan
suka-cita kebangkitan putra, ayah seorang patih Lambung Mangkurat
Dipa Raya akan di bangun
teriaknya
ladang hayat digariskan kepada keturunan hanyu
mengemudikan kekuatan untuk manifesto janji tetua-tetua adat sebelum 530 masehi
masa itu langit merona
epilog hari menyiapkan sesajen untuk anak kaki bukit meratus
yang didiami orang-orang mongol setelah kaum barbar memotong telinga mereka
selebihnya dewa air memamangnya sebagai penunggu
benua-benua yang disinggahi hujan untuk memuaskan bathin keserakahan
anak-cucu yang gemar berdadu
tahun-tahun hadir dalam warna berbeda di biduk seorang VIRGO
bahkan ketika air bah menenggelamkan salomon
tersiar kabar bangsa Sodom berencana menyempatkan diri ke tiwah ayahnya
ada maksud tersurat mengapa senggama gerhana tak boleh di tengok
haram kata mereka
ada tiga suku besar yang berasal dari satu moyang
: ras mongoloid
kuda putih tanpa laras melaju dengan sepasukan genderang mandau
mengantarkan mahkota kerajaan kepada anak gunung bermarga matahari
: Suryanata
lalu panting ditemukan untuk memeriahkan kebangkitan kerajaan Agung
juga keceriaan dewi air merangkul Putri Mayang Sari
: Junjung Buih
seorang tuan tanah dari hulu sungai teweh yang memperkenalkan huma-huma
di hunjur tanah suku dayak
metodologi memasak mulai disukai penduduk yang kadang berprasangka
berjaga-jaga
sebab tangan kiri Empu Jatmika menggambarkan
sebuah tatanan kota yang diurus lewat sifat berbendera kuning
makna yang memaknai
pakem kebudayaan yang luruh oleh waktu
dia bunuh diri
ketika sadar seorang putri harus kembali ke pusara air
darah mengeruhkan warnanya di telaga itu
cindera nyawa seorang
tanpa lencana
Dipa Raya di mangsa umur
Raja beserta jajarannya beralih kehidupan
maya ke mayapada
: jembatannya terletak di sisi kanan perigi candi
VIRGO mengawali hikayat hari melalui sangsai
langgam sebuah tragedi yang terkumpul di gunung Pamathon
Candi Agung-Hulu Sungai Utara 2006
KENISAH BAGI TAMU AGUNG
:m. arman az, heri maja kelana, shantined, nur wahida idris, halim hd, saut situmorang, bjs
apa lagi yang kanda cemaskan
hari memang kelabu
tetapi tak berarti hujan kan?
azan berkumandang dari menara kudus
bertalu hingga ke alun-alun kota yang berseberangan dengan masjid agung
aktor cuci otak hanya duduk di pelatar masjid menunggu ashar
ia termangu memandang sekumpulan anakanak berebut bubur asyura
apa lagi yang kanda cemaskan
hari memang kelabu
tetapi tak berarti senja menerjab kan?
seiring pertemuan singkat antara tokoh sastra
kanda mengirimkan puisi
bak dewan rakyat yang menginstruksikan sebuah keputusan
: fardhu ‘ain
membasuh kerongkongan isuur loeweng
menyudahi orkestra ayat-ayat langit yang ia deklamasikan
peluh basah
: riuh tepukan
arti sebuah pementasan
bang asa dan abah arsyad terperangah
mendengar sajak aku mencintaMu dengan seluruh jembutKu
tapi bung roni malah tersipu
entah
kanda juga lihat bung habiburahman el shirazy berkalikali menolak wine yang disuguhi bang saut
dagelan bogam bola
hanya wowok hesti
yang benarbenar memahami arti makan malam
antara jose dan ahmadun
tak ada lilin
hanya derik jangkrik
: malam akan diakhiri dengan doa makam mengenang hamid jabbar
Kudus, Januari 2008
MEMOAR: SABDA MONOLOG
Mesiah V
menyempurnakan bait-bait kesialan yang dialami memoar kala membasuh hari
pada suatu subuh
dari lengkung mata seorang kanak yang kehilangan penglihatannya
terbayanglah wajah sebuah rupa
meniruskan abjad-abjad baru untuk dikenali
sebagai pelancong di pantai sendiri
di balik tiupan angin yang menggoyangkan pohon kelapa
diripun diam-diam ikut bergoyang
hanyut dalam pestapora lalang sebagai tradisi
mapanretasi jiwa
surau menampiaskan kenisah raga
sebelum sempat tengah hari tersaput udara
ia sudah disembahyangkan
jumat itu,
kehidupan air
memuarakan air
zaman batu sudah usai ketika manusia lumut membangun peradaban
kecemasanpun hilang
semuanya kembali ke air
Perbatasan Sulawesi Barat, Maret 2008
DESIS
pasca muntahan merapimu ke sawang lunto
ada derik-derik panjang
melebihi kaukasus-akar kemarahan sang hyang widi
sekaligus tanda kemusnahan
terjadi
barangkali
sama halnya dengan teluk kawanua
diziarahi sesangga amuk alam
kudungga jadi legenda
danau toba jadi pengalaman
malin kundang jadi pelajaran emak dan anak pisang
atau tuntaskan saja aljabar nusia ke dalam euphoria
sebuah anggapan kenapa bayi dilahirkan
: dosa warisan
tengoklah sebentar ke halaman kenang-kenangan leluhur penanam bunga-bunga
tak ada safari pengikat
hanya menyambung sejumlah usia yang sudah disepakati
mereka tak tahu untuk apa menyiram batang kembang melayu
selain menuai keindahan
datu-datu kita pun demikian
punya kesamaan dalam meramu nasib
meski
kakekku pelayar
kakekmu pedagang
kakeknya saudagar
kakek mereka patih kadipaten
namun
sama-sama mencintai warna-warna dan sekuntum mawar
Teras Puitika, 28 September 2008
KEMATIAN HANYA MENYISAKAN NAMA
: agitasi diri mengkhatamkan umur
hari ini
penghabisan nafas menghirup kebebasan
mencaricari celah untuk bertanya namanya akan dipakai di jalanan mana,
terbata-bata
sudah kesekian kalinya
nama-nama mereka
dijejerkan sepanjang perjalanan
di jalan-jalan ibukota
nuri sore itu tak sempat bertemu dengan pelatuk
memamah kenari
terdengar kepaknya saja
penentu sikap maya yang dianggap pertanda
hak-hak azali guna memenuhi sebuah kodrat
tak satupun dapat menghindar
kendati diri akan memenuhi panggilan untuk mengaji
di sore hari
yang terlambat
sebab tak ada yang mengenal bayang-bayang di udara sana
semuanya berwarna hitam
kekelabuan
ada seorang kala itu
berkata pada ibunya ketika oase kakeknya siap diupacarakan
: semuanya berakhir begini
menjalani ikhtisar hidup, mengkhatamkan nafasnya
kalah dengan usia
selalu
tersisa hanya
Teras Puitika, 2 Oktober 2008
: sepenggal cerita kerajaan
VIRGO
bintang di atas bintang
memberkatimu sebagai jejaka kharismatik
menepis selarik kekeliruan dari lamun-lamun ke laut mati
VIRGO dilahirkan
pada pedati seorang pedalaman yang membakar hutan untuk meladang
di bantaran benua enam jangkrik-jangkrik menyanyikan
suka-cita kebangkitan putra, ayah seorang patih Lambung Mangkurat
Dipa Raya akan di bangun
teriaknya
ladang hayat digariskan kepada keturunan hanyu
mengemudikan kekuatan untuk manifesto janji tetua-tetua adat sebelum 530 masehi
masa itu langit merona
epilog hari menyiapkan sesajen untuk anak kaki bukit meratus
yang didiami orang-orang mongol setelah kaum barbar memotong telinga mereka
selebihnya dewa air memamangnya sebagai penunggu
benua-benua yang disinggahi hujan untuk memuaskan bathin keserakahan
anak-cucu yang gemar berdadu
tahun-tahun hadir dalam warna berbeda di biduk seorang VIRGO
bahkan ketika air bah menenggelamkan salomon
tersiar kabar bangsa Sodom berencana menyempatkan diri ke tiwah ayahnya
ada maksud tersurat mengapa senggama gerhana tak boleh di tengok
haram kata mereka
ada tiga suku besar yang berasal dari satu moyang
: ras mongoloid
kuda putih tanpa laras melaju dengan sepasukan genderang mandau
mengantarkan mahkota kerajaan kepada anak gunung bermarga matahari
: Suryanata
lalu panting ditemukan untuk memeriahkan kebangkitan kerajaan Agung
juga keceriaan dewi air merangkul Putri Mayang Sari
: Junjung Buih
seorang tuan tanah dari hulu sungai teweh yang memperkenalkan huma-huma
di hunjur tanah suku dayak
metodologi memasak mulai disukai penduduk yang kadang berprasangka
berjaga-jaga
sebab tangan kiri Empu Jatmika menggambarkan
sebuah tatanan kota yang diurus lewat sifat berbendera kuning
makna yang memaknai
pakem kebudayaan yang luruh oleh waktu
dia bunuh diri
ketika sadar seorang putri harus kembali ke pusara air
darah mengeruhkan warnanya di telaga itu
cindera nyawa seorang
tanpa lencana
Dipa Raya di mangsa umur
Raja beserta jajarannya beralih kehidupan
maya ke mayapada
: jembatannya terletak di sisi kanan perigi candi
VIRGO mengawali hikayat hari melalui sangsai
langgam sebuah tragedi yang terkumpul di gunung Pamathon
Candi Agung-Hulu Sungai Utara 2006
KENISAH BAGI TAMU AGUNG
:m. arman az, heri maja kelana, shantined, nur wahida idris, halim hd, saut situmorang, bjs
apa lagi yang kanda cemaskan
hari memang kelabu
tetapi tak berarti hujan kan?
azan berkumandang dari menara kudus
bertalu hingga ke alun-alun kota yang berseberangan dengan masjid agung
aktor cuci otak hanya duduk di pelatar masjid menunggu ashar
ia termangu memandang sekumpulan anakanak berebut bubur asyura
apa lagi yang kanda cemaskan
hari memang kelabu
tetapi tak berarti senja menerjab kan?
seiring pertemuan singkat antara tokoh sastra
kanda mengirimkan puisi
bak dewan rakyat yang menginstruksikan sebuah keputusan
: fardhu ‘ain
membasuh kerongkongan isuur loeweng
menyudahi orkestra ayat-ayat langit yang ia deklamasikan
peluh basah
: riuh tepukan
arti sebuah pementasan
bang asa dan abah arsyad terperangah
mendengar sajak aku mencintaMu dengan seluruh jembutKu
tapi bung roni malah tersipu
entah
kanda juga lihat bung habiburahman el shirazy berkalikali menolak wine yang disuguhi bang saut
dagelan bogam bola
hanya wowok hesti
yang benarbenar memahami arti makan malam
antara jose dan ahmadun
tak ada lilin
hanya derik jangkrik
: malam akan diakhiri dengan doa makam mengenang hamid jabbar
Kudus, Januari 2008
MEMOAR: SABDA MONOLOG
Mesiah V
menyempurnakan bait-bait kesialan yang dialami memoar kala membasuh hari
pada suatu subuh
dari lengkung mata seorang kanak yang kehilangan penglihatannya
terbayanglah wajah sebuah rupa
meniruskan abjad-abjad baru untuk dikenali
sebagai pelancong di pantai sendiri
di balik tiupan angin yang menggoyangkan pohon kelapa
diripun diam-diam ikut bergoyang
hanyut dalam pestapora lalang sebagai tradisi
mapanretasi jiwa
surau menampiaskan kenisah raga
sebelum sempat tengah hari tersaput udara
ia sudah disembahyangkan
jumat itu,
kehidupan air
memuarakan air
zaman batu sudah usai ketika manusia lumut membangun peradaban
kecemasanpun hilang
semuanya kembali ke air
Perbatasan Sulawesi Barat, Maret 2008
DESIS
pasca muntahan merapimu ke sawang lunto
ada derik-derik panjang
melebihi kaukasus-akar kemarahan sang hyang widi
sekaligus tanda kemusnahan
terjadi
barangkali
sama halnya dengan teluk kawanua
diziarahi sesangga amuk alam
kudungga jadi legenda
danau toba jadi pengalaman
malin kundang jadi pelajaran emak dan anak pisang
atau tuntaskan saja aljabar nusia ke dalam euphoria
sebuah anggapan kenapa bayi dilahirkan
: dosa warisan
tengoklah sebentar ke halaman kenang-kenangan leluhur penanam bunga-bunga
tak ada safari pengikat
hanya menyambung sejumlah usia yang sudah disepakati
mereka tak tahu untuk apa menyiram batang kembang melayu
selain menuai keindahan
datu-datu kita pun demikian
punya kesamaan dalam meramu nasib
meski
kakekku pelayar
kakekmu pedagang
kakeknya saudagar
kakek mereka patih kadipaten
namun
sama-sama mencintai warna-warna dan sekuntum mawar
Teras Puitika, 28 September 2008
KEMATIAN HANYA MENYISAKAN NAMA
: agitasi diri mengkhatamkan umur
hari ini
penghabisan nafas menghirup kebebasan
mencaricari celah untuk bertanya namanya akan dipakai di jalanan mana,
terbata-bata
sudah kesekian kalinya
nama-nama mereka
dijejerkan sepanjang perjalanan
di jalan-jalan ibukota
nuri sore itu tak sempat bertemu dengan pelatuk
memamah kenari
terdengar kepaknya saja
penentu sikap maya yang dianggap pertanda
hak-hak azali guna memenuhi sebuah kodrat
tak satupun dapat menghindar
kendati diri akan memenuhi panggilan untuk mengaji
di sore hari
yang terlambat
sebab tak ada yang mengenal bayang-bayang di udara sana
semuanya berwarna hitam
kekelabuan
ada seorang kala itu
berkata pada ibunya ketika oase kakeknya siap diupacarakan
: semuanya berakhir begini
menjalani ikhtisar hidup, mengkhatamkan nafasnya
kalah dengan usia
selalu
tersisa hanya
Teras Puitika, 2 Oktober 2008
Komentar
Posting Komentar