Aku tahu merah bibir itu sekedar gincu bukan merah untukku. Aku mengerti gumpal dadamu bukan detakku hanya gita yang menggetar senar nadiku Pagi masih renta saat ku datang membuang sauh didepan peristirahatanmu Kau dermaga dengan kapal perahu singgah tantang pelaut lerai maut dari badai Di dirimulah pelangi mulai melengkung dengan ujung entah siapa sanggup titi pucuknya yang indah.