Langsung ke konten utama

Nurita: Sajak tak Tersua

nurita, senja mengajariku arti perpisahan. di sudut beranda
matahari melepas gaun bercahaya. dalam satu kecupan saja
kata-kata lebur melabur warna merah, jingga
serta nila yang bersenyawa di luas udara. kulihat
dedaun runduk memanggul makna, keberangkatan ini
merupa hangat yang berkhianat pada lembut cuaca

adakah serupa jelaga?
sayu tatapanmu menyimpan malam yang sempurna
namun dinginnya tiada sampai membangun sarang
bagi jalan kesetiaan yang lebih panjang dan fana. kini
rumah batinku hidup dalam cekal bebayang
sembari masih kusimpan lanskap lukisan senja
–di mana kabut-kabut muda berkejaran dengan gelap
dan lindap yang berarak, berduyun dan bersorai
menuju belahan lain dari waktu
yang membatu
di ceruk lesung pipimu

nurita, senja adalah lembar terakhir sekaligus pertama
yang musti kau baca dalam bahasa sederhana
aksara bertebaran seakan melepas muatan
harapan membisu ketika tak tersua sajak
dalam kilat remang senja di matamu
aku yakin, waktu tak pernah susut dan undur
meski gerak jenteranya sengaja kau kubur
dalam uzur mazmur, kerikil pasir
dalam timbun batu berlumut anyir

nurita, kabarkan senja yang lain
yang ada melebihi dingin

Surabaya, 2007

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007