’tuk Ayah, Selasa Kliwon, 22 Agustus 2007
lari-lari kecil beberapa langkah mendahului iring-iringan yang mengantarmu
dideras hujan senja yang smakin menggerimis
di sepanjang jalan ku tabur wangi kembang berpadu kuning beras dan lembar kertas
setelah dalam berdiri berjajar mantra doa untukmu dilafalkan
kuyup basah tubuh dan jiwaku
gerimis merintik usai telah
tebaran wangi kembang berpadu kuning beras dan lembar kertas habis sudah
”inilah gerbang pintu negeri barumu yang t’lah engkau tahu”
menanti engkau empat puluh waktu lamanya dalam baring ada tiada
setelah tujuh puluh delapan masa tak henti menabur karya menyemai makna
kini tlah engkau khatamkan perjalanan dalam bias rela handai tolan
meski isak sesak kehilangan tersisa di sudut ruang
kini ku pulang setelah mengantarmu berlindung di negeri Tuhan
meski puji puja tak kan henti ku pintakan siang malam
lari-lari kecil beberapa langkah mendahului iring-iringan yang mengantarmu
dideras hujan senja yang smakin menggerimis
di sepanjang jalan ku tabur wangi kembang berpadu kuning beras dan lembar kertas
setelah dalam berdiri berjajar mantra doa untukmu dilafalkan
kuyup basah tubuh dan jiwaku
gerimis merintik usai telah
tebaran wangi kembang berpadu kuning beras dan lembar kertas habis sudah
”inilah gerbang pintu negeri barumu yang t’lah engkau tahu”
menanti engkau empat puluh waktu lamanya dalam baring ada tiada
setelah tujuh puluh delapan masa tak henti menabur karya menyemai makna
kini tlah engkau khatamkan perjalanan dalam bias rela handai tolan
meski isak sesak kehilangan tersisa di sudut ruang
kini ku pulang setelah mengantarmu berlindung di negeri Tuhan
meski puji puja tak kan henti ku pintakan siang malam
Komentar
Posting Komentar