Langsung ke konten utama

Di Sela Waktu



di sela waktu. jarum jam henti berdetak. dimensi tuntun khayal pada
titian gelombang pasang. aku terjerembab diatas pasir berdesir
perlaha., dihantar angin sunyi pantai suram. nuansa senja menyepuh mega
dipaksa temaram. walau hanya tergores sebait. serupa goresan kuas cat
tembok basah.





masih ada kepak burung layang di mega utara. kemana dia hendak
pergi? arah tentukan pertanda. dan tandatanda akan bermain bersahutan.
seperti berita dari penujum yang dibawakan gemuruh handai tolan. dan
adanya ia seumpama garis yang mengikuti jalan patahpatah. selalu :
cabangcabang membentang pilihan





namun ini waktu terhenti. hanya desir ombak yang mengalun mesra.
seperti ingin mengajakku bermain sementara. ada yang datang kembali.
ada yang telanjangi hati. namun ini waktu terhenti. hanya gelombang
pasang yang datang kemudian. memangku buihbuih rindu bergelombang.





angin memainkan harpa sendu diikat bau anyir punggung pantai. serasa
tiada kehendak mainkan lengkingan hingar karena yang ada hanyalah lirih
musim angin peraduan





dan disinilah aku. di sela waktu. saat jam henti berdetak.dan dunia tanpa waktu adalah keabadian tanpa harus kehilangan.





Menteng, 20 juli 2007
-indah-



http://indah-survyana.blogspot.com/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007