Langsung ke konten utama

D Zawawi Imron pada “Malam Pujangga 2007” HMJ Sastra Indonesia UM

23 April 2007, Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia (HMJ SI)Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan acara yang bertajuk “Malam Pujangga 2007, Sastra Sebagai Refleksi Keimanan Diri” di Aula Fakultas gedung E6 lantai 2 UM. Acara yang mengundang sastrawan nasional yang lebih dikenal dengan puisi-puisinya, D Zawawi Imron ini dihadiri oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Sastra, penikmat puisi dari UM sendiri dan juga luar UM.
Acara dimulai pada pukul 19:00 dengan pembacaan tiga puisi D Zawawi Imron oleh pemenang audisi baca puisi HMJ SI dan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Pembina Teknis HMJ SI, Indra Suherjanto. Tepat pada pukul 19:13, D Zawawi Imron datang beserta beberapa sastrawan Madura dan didampingi juga oleh Dr Djoko Sarjono, Mpd (Budayawan Malang, Ketua Jurusan Sastra Indonesia Program Pacasarjana UM) dan Dr Abdul Syukur Ghazali Mpd (dosen Sastra Indonesia UM) yang malam itu juga didaulat sebagai pembahas puisi-puisi D Zawawi Imron.
Setelah penampilan dari Club Sanghay Symphony Orchestra, D Zawawi Imron langsung berbagi tentang pengalaman kreatif penulisan puisinya kepada sekitar 150 penonton yang hadir, “seminggu saya di Belanda, eh, menghasilkan seratus puisi yang kemudian dibukukan…”, ujar sastrawan dari Madura ini. Acara diakhiri pada pukul 23:30 dengan pementasan teater leh Teater Pelangi HMJ Sastra Indonesia UM dengan judul “V”.

ditulis oleh: Didik HA
mahasiswa Sastra Indonesia UM, pegiat di UKM Penulis UM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007