Langsung ke konten utama

PUITIKA.NET BELUM LAGI SELESAI

Kami mohon maaf karena lebih dari 2 pekan situs Puitika.Net off-line. Hal ini kami lakukan karena memang dibutuhkan jeda waktu yang cukup lama untuk melakukan pemindahan dan pengaturan basis data ke sistem yang baru. Meskipun hingga saat ini proses renovasi belum sepenuhnya selesai, kami mencoba untuk tampil ke hadapan Anda dengan tanpa banyak materi baru.

Beberapa perubahan yang kami lakukan untuk saat ini:

  1. Migrasi CMS
    Sebelumnya kami menggunakan Mambo sebagai pengelola konten, kali ini kami melakukan pemindahan ke Drupal. Dengan perpindahan ini kami berharap dapat lebih mengoptimalkan layanan untuk para pembaca maupun para kontributor di Puitika.Net.
  2. Redefinisi Kategori
    Ada beberapa konsep kategori yang pada waktu-waktu sebelumnya belum pas. Untuk kali ini kami mencoba untuk memperbaiki sistem kategorisasi tersebut. Bagian ini belum sepenuhnya selesai dan kami dengan hati terbuka menerima semua masukan dari para pembaca maupun kontributor. Semua masukan tersebut dapat dialamatkan pada surat-e kami.
  3. Pembekuan beberapa fasilitas & topik
    Beberapa fasilitas dan topik untuk sementara kami bekukan. Fasilitas yang kami bekukan adalah Forum Diskusi (dan beberapa fasilitas pribadi lain), sedangkan topik yang kami bekukan untuk sementara ini adalah Lawatan dan Katalog. Untuk Esai, Ulasan, Liputan dan Jejak Penyair kami kelompokkan dalam bagian Reportase. Bagian Berita kami sendirikan menjadi bagian tersendiri. Berita akan kami bagi menjadi dua sub, Aktual dan Arsip. Bagian ini belum selesai.

    Dan lain-lain.


Untuk lebih lengkapnya, silahkan lakukan penjelajahan agar Anda dapat menilai bagian mana yang kurang sempurna, sulit untuk dipahami, dan mana yang tidak berfungsi dengan baik.

Dalam beberapa waktu ke depan, kami akan coba untuk melakukan perbaikan secara gradual sambil menerima karya-karya Anda dari meja redaksi. Jadi, silahkan kirim kritik-saran, karya-karya Anda, dan tetap bersama Puitika.Net!


Salam hangat,


Tim Puitika.Net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...