Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2007

Astagina

di tepi danau lelaki itu terdiam dia tahu Tuhan bukan tempat tawar menawar, karena itu dia tidak menangis tak ada kecipak ikan, juga perahu yang siap mengantarnya menyeberang tapi dia tetap berdiri sebab ada sesuatu yang ditunggunya sebutir debu surga yang mengganggu matanya: Windardi, ibu tiga lutung yang kecewa namun wanita itu telah beku tercenung di tubir jurang menanti waktu untuk kembali mencumbu matahari dan lelaki itu, tua dan rapuh tetap saja diam seperti saat pertama kali danau itu tercipta dari denting cupu sang surya :persetubuhan basi setetes embun walaupun dia tahu apa artinya pagi   Pacet, Januari 2007

Bunga Matahari

Situs resmi dari komunitas milis Bunga Matahari. Milis yang mengkhususkan pada puisi Indonesia. Situs ini mengusung tema besar "Semua bisa berpuisi." http://bungamatahari.org

Malaikat, Temani aku!

Malaikat... Iringi waktuku bersama untaian doa Jiwaku hampa.. Tak mampu lagi berkata.. Atau Engkau bawa saja aku terbang Ke langit jingga Temani aku menguntai dzikir Sungguh Aku mati rasa Dalam hidup (Indramayu-Bandung, 22 Des 2006)

Elegi

saat malam menjemput gelap inikah yang kau namakan kehampaan? yang mengantarkan pada sepotong cerita dan membakar setiap air mata dari pandangan semua mata yang mulai lelah. aku disini, sendiri... bersama waktu yang bisu diatas segala nisan-nisan yang selalu bungkam dalam sebuah persemayaman yang terasingkan hingga meruntuhkan harapan yang dulu tak sekedar hayalan. wahai embun yang bercerita kepada semesta padamu aku bertanya tentang misteri hidup tapi kau jawab dengan kata yang tak seluruhnya mampu terucap, kini hidup itu membawaku pada suatu masa dari sisi waktuku yang sesungguhnya lalu aku hanya bisa bertanya "mengapa?"

HYMNE atas MARS

Sebegitu dalamnya resah ini, hingga menenggelamkan. Rusuh terasa batin dalam bening kesadaran. Aku berarak dengan jalan jalan, dengan ngarai, sungi kecil sejuk dan lautan. Aku nyanyikan di sepanjang jalan mars tentang kasidah keberanian, meski di sini terdengar seperti hymne yang penuh sayatan. Aku pastikan cita cita tentang hari depan, hari depan yang kapan, katanya. Aku berjanji tentang harapan. Harapan serupa apa, cibirnya. Sebegitu dalamnya kegembiraan ini, hingga memabukkan. Orang orang hadir dalam pesta perjamuan, dihidangi berbagai minuman dan makanan. Gadis gadis pelayannya molek dengan kain baju berrenda sulaman bunga warna ungu, mengerling setiap saat dengan palsu. Aku duduk di tonjolan tanah berbatu, tak jauh dari situ. Dengan jalan jalan, ngarai, sungai sejuk dan lautan. Memandang dengan hening, dengan resahku yang sedalam ilusi mereka akan pesta dan kemenangan. : Hidup dan kehidupan betapa sungguh tak sepadan.

Memori

Ini adalah perih yang indah untuk di kenang Mungkinkah kini sudah kau temukan angan-anganmu Sebuah mimpi tentang seorang penguat jiwa Atau mungkin hanya teman pelipur lara Sudah, aku yakin kau kini miliki sepijar api yang meski kecil Namun selalu terangi hatimu kala kini ku sudah putuskan Melepasmu dan memilih hati yang lain Tetaplah yakin kalau aku tak rela kenangan itu hilang percuma Kusimpan rapi ibarat memori Bagimu aku bintang Seindah untaian puisi-puisi Bagiku kau teman yang sesantiasa ada Aku baik-baik saja Suatu hari kelak, marilah bersama walau sejenak Mengenang kisah-kisah lucu Seperti ketika aku jatuh Kau tak pernah tahu kau juga ikut serta membangkitkan aku Hingga kini, bahagialah bersama mataharimu. Kusimpan rapi dalam memori yang tak mudah usang. Semoga....

Ziarah

di hening bening pagi kau kutemui di sudut ruang sunyi di mana waktu berhenti berlari dan abadi di hening bening pagi kau ku temui sendiri, ya selalu sendiri ku bawakan sekantong kembang melati dan air mawar sekendi lalu kita akan bercerita tentang cinta tentang semua rasa yang tak sempat terbaca, sampai senja tiba di rantingranting gelap kamboja setelah itu aku pamit pergi setahun lagi aku kan kembali di pagi yang sama di hening yang sama -rid-mdo080107

Kapan Lagi

Senyum simpul gores dalam tangis beribu tanda mengisyarat namun, tiada tanggap semua telah disapa tapi tak seorang yang tahu kemana sang jibril meninggalkan tak elak semua zaman telah menyatu panas dalam belantara akhir hidup yang kian kiamat

PUITIKA.NET BELUM LAGI SELESAI

Kami mohon maaf karena lebih dari 2 pekan situs Puitika.Net off-line. Hal ini kami lakukan karena memang dibutuhkan jeda waktu yang cukup lama untuk melakukan pemindahan dan pengaturan basis data ke sistem yang baru. Meskipun hingga saat ini proses renovasi belum sepenuhnya selesai, kami mencoba untuk tampil ke hadapan Anda dengan tanpa banyak materi baru. Beberapa perubahan yang kami lakukan untuk saat ini: Migrasi CMS Sebelumnya kami menggunakan Mambo sebagai pengelola konten, kali ini kami melakukan pemindahan ke Drupal. Dengan perpindahan ini kami berharap dapat lebih mengoptimalkan layanan untuk para pembaca maupun para kontributor di Puitika.Net. Redefinisi Kategori Ada beberapa konsep kategori yang pada waktu-waktu sebelumnya belum pas. Untuk kali ini kami mencoba untuk memperbaiki sistem kategorisasi tersebut. Bagian ini belum sepenuhnya selesai dan kami dengan hati terbuka menerima semua masukan dari para pembaca maupun kontributor. Semua masukan tersebut dapat dialamatkan pad...

Tidak Menemukan Materi Yang Anda Cari

Mulai bulan Maret 2007, situs Puitika.Net berganti sistem pengelola materi, jadi dipastikan banyak terjadi perubahan di dalamnya. Jika halaman yang Anda tuju tidak ditemukan, silahkan lakukan pencarian melalui formulir pencarian yang sudah tersedia. Namun jika masih juga tidak dapat menemukan materi yang Anda cari atau yang pernah termuat pada edisi sebelum Maret 2007, silahkan hubungi Tim Pengelola situs Puitika.Net melalui puitika@gmail.com atau pranala Saran-Informasi yang sudah tersedia di bagian bawah halaman situs. Nomor Care Line juga dapat Anda manfaatkan untuk berbagi informasi yang bersifat mendesak.