Langsung ke konten utama

Balai Seni Budaya RINGGI

Bagi komunitas seni yang ingin mengadakan pentas seni di Tana Samawa, dapat menghubungi alamat berikut sebagai jaringan kerja:

Balai Seni Budaya RINGGI

Balai Seni Budaya RINGGI Desa Kalabeso-Buer- Sumbawa didirikan pada tanggal 17 Agustus 2002 dengan visi misi sebagai berikut:

Visi:
Revitalisasi Seni Budaya untuk mengokohkan jati diri tau tana Samawa

Misi:
Peningkatan aktivitas dan kualitas seni tradisional dan non tradisional

Pengertian:
Balai Seni Budaya secara umum adalah tempat/ruang berlatih para generasi muda agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan seni budaya dalam memajukan dan mengembangkan kebudayaan daerahnya.

Tujuan:
1.Membentuk generasi muda penuh aktivitas, kreatif, berkualitas, mandiri dan berkepribadian dalam mengolah bidang seni budaya
2.Konsen dalam meningkatkan apresiasi seni budaya masyarakat
3.Berupaya dalam meningkatkan kesejahteraan seniman/pamong budaya local

Sarana penunjang:
Balai Seni Budaya RINGGI memiliki sarana penunjang sebagai berikut:
a.tempat/ruang latihan. Dalam aktivitas kesenian menempati bangunan khas rumah panggung tau Samawa
b.alat penunjang kegiatan seni yang relevan baik tradisional maupun non tradisional
c.para seniman yang ahli di bidangnya (seni musik, seni tari, seni rupa, seni teater dan seni sastra) sebagai instruktur/pengajar pada balai seni Budaya dimaksud
d.Sound system selengkapnya


Life style:
Balai Seni Budaya RINGGI bersifat independent, hidup dan keberadaannya dilandasi rasa kebersamaan dan keindahan yang berazaskan kekeluargaan yg intens

Arah kebijakan:
Arah kebijakan balai seni Budaya RINGGI Desa Kalbeso-Buer- Sumbawa sejalan dengan upaya Pemkab Sumbawa dalam memajukan dan melestarikan seni budaya daerah Sumbawa

Lain-lain:
1.rumah panggung (dimanfaatkan tempat latihan) tegak berdiri diatas tanah seluas 15 x 5 m2=75 m2, luas tanah seluruhnya 40x20 m2=800 m2
2.Telah diprogramkan bahwa di atas areal tanah yang masih kosong akan dibangun tempat latihan yg representative (gedung semi permanen)
3.Hal-hal mendetail yang belum termuat dalam profil ini akan dijelaskan dalam Pengertian Dasar Balai Seni Budaya RINGGI.


Alamat kontak:
Bapak H.Dinullah Rayes
Balai seni Budaya RINGGI
Jl.Simpang Tiga Bukit Jelangu
Desa Kalabeso, Buer, SUMBAWA
Telp 0371- 23319
HP 081 33 9513893

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007