Langsung ke konten utama

Senja Dalam Masa

Puisi memang milik siapa saja meski tanpa harus berumit-rumit dengan kata-kata seperti layaknya penyair yang misterius. Buku antologi puisi milik Andri VB ini pun demikian adanya. Kalimat-kalimatnya terang dan dan sederhana. Anda tidak perlu takut untuk kesulitan menafsirkan puisi-puisi di dalamnya terlalu lama. Cukup duduk dan santai membuka lembaran-lembaran buku yang bercerita tentang rindu, cinta, dan perempuan yang menjadi tema besar dalam buku ini. Soal kualitas? anda sendiri yang menentukan.

Senja Dalam Masa: Kumpulan Puisi Andri VB
Penerbit Malka
Cetakan I, Desember 2005
ISBN 979-96528-8-x
83 Halaman

Salah satu puisi dalam antologi:

Senja Dalam Masa


Kau duduk di atas kursi batu senja itu
bajumu merah jambu dan wajahmu merah dadu
saat kukatakan cintaku hanya satu
senyummu mengambang
dan tatap matamu penuh rindu
kucium tanganmu yang putih dan halus
seperti kapas
kuelus lenganmu dan jarimu meremas
seperti tak mau lepas
perlahan kudengar bisikmu halus:
"Jangan pernah tinggalkan aku"
anggukanku dalam, takut tak terlihat
dan senja itu jadi kenangan
yang tak pernah terliwat

Senja ini kau duduk lagi di atas kursi batu itu
tempat dulu kita janji bertemu
dan disampingmu kita duduk berlima
senyummu mengambang dalam temaram
karena cinta kita ternyata punya makna
walaupun diterpa masa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007