Nyai Rugayah berkeluh lembut, sentuhan rasanya meraba sebuah kebajikan
tiada jenuh merabanya, ia tahu kebajikan, namun tiada digenggamnya…
untuk kejenuhan tiap nafasnya di penghujung tahun sisa kenangan
asanya bergerak pasti, untuk bermimpi tentang pencariannya
di bumi yang kian meronta diantara cinta berluruh pekat
kehidupan dipeluk erat Panembahan Seda Ing Krapyak
tiada pernah ia terbebas, sangatlah jauh akarnya terbuang
sebelum takdirnya ditentukan! Nyai Rugayah kian merabanya
terlalu lama Jaratan itu lenyap, telah mati… ya, kota yang binasa!
sedemikian lembut keluhnya, hingga hatinya tiada pernah mengetahui…
September 2006, Leonowens SP
Komentar
Posting Komentar