prolog ranah
di depan surau tanah masih basah
bendera mengibar angka aksara
saling bertawar, luka berkaca
dua nyala lampion pecah-redup
ragu yang bersapa
pada sesuatu yang hendak tiba
dan sempat tertahan seperti hujan
kuyup pengajaran lepas di mimbar
bait petuah saling berkejar
2006
epilog ranah
bundo kanduang melipat hari
sedih sendiri di sudut negri
2005
memasuki puisi
o pengembara, kini syair
berharap kau pulang pada puisi malam
bertarik-balas memuja dendam
di sini tuhan tak lagi memetakan makna
suatu tanda bagi arah serta keraguan
para peziarah yang tak pernah meninggalkan jejak
menutup “amin” liang yang bukan lagi petang
tubir pasir renggang ke tepian
bebatang ombak tegar lalu telungkup kuyup
sebelum angin lebih lengang
di akhir tikungan
aku menanya aksara pagi
tentang jauh hujan berkabar doa
meski harus hilang baris demi baris
kita jelmakan esok yang barangkali tak lagi datang
serta penadah mantra bersama kasib laron
bertandang ini waktu
pada ruang yang hilang
2006
*Chairan Hafzan Yurma, lahir di Jambi, 23 April 1984. kuliah di fakultas sastra Universitas Andalas Padang.
Komentar
Posting Komentar