Langsung ke konten utama

Dua Puisi Fernando Pessoa

Berikut adalah dua buah puisi karya salah seorang penyair besar Portugal, Fernando Pessoa, hasil terjemahan sekunder (bukan dari bahasa aslinya).

Semoga cukup mendapat tempat di Puitika dan di hati pembaca:)




OTOPSIKOGRAFI

Penyair adalah peniru ahli
Yang amat canggih di bidangnya.
Ia mampu memalsu nyeri
Dari perih di dalam dadanya.

Dan mereka yang membaca
Kata-katanya yang terjalin
Tak mendapati kedua derita
Selain satu kepedihan lain.

Maka di sekeliling lintasannya
Berpuntirlah pegas nurani,
Sebuah kereta api mainan
Untuk menghibur pikiran.


(Fernando Pessoa; terjemahan TQ) 


TIDAKLAH CUKUP JENDELA TERBUKA


Untuk memandang padang dan sungai
Tidaklah cukup jendela terbuka.
Untuk melihat pohon dan bunga
Tidaklah cukup memiliki mata.
Sebab penting juga tak berfilsafat
Agar pohon bukan ide semata.
Hanya ada satu dari setiap kita,
seperti halnya masing-masing gua.
Hanya ada satu jendela tertutup,
dan di luar sana: seutuh dunia
serta mimpi tentang apa yang tampak
seandainya jendela itu terkuak,
Yang tak pernah menyerupai apa
yang terlihat ketika ia terbuka.

 

(Fernando Pessoa; terjemahan TQ)

Versi asli dalam bahasa Portugal
serta terjemahan Inggrisnya lihat:


http://tjipoetatquill.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007