Langsung ke konten utama

Jenggala Berbisik



 Kawan pernahkan kau mengerti isi hatiku
pernahkan kau tahu keinginanku
yang harus kau tahu tak banyak keinginan
karena aku memang ditakdirkan seperti ini
 

 
pernah kubisikan hasrat hatiku ini
pada sahabat yang bisa mengerti aku
pada kawan yang selalu ingin belajar
padanya kuceritakan pintaku
 

 
boleh aku meminta kalian tak membawa bencana padaku
bisakah kalian tak membawa barang-barang yang meracuniku
maukah sebentar saja untuk hidup secara alami
berkenankah sejenak untuk hidup menyatu denganku
 

 
aku berharap kalian tak akan tersiksa
aku yakin tak akan menyakitimu
aku percaya karena kalian mahluk yang paling sempurna
aku tahu karena itu sudah menjadi takdirku
 

 
pernahkah aku berbuat jahat padamu
hingga kau balas dengan menyakitiku
padahal aku tak diciptakan seperti itu
atau karena aku tercipta untuk memenuhi kebutuhan kalian
 

 
jangan salahkan aku bila terjadi bencana
jangan maki aku saat badai menerjang
janganlah vonis aku saat bumi meradang
aku hanya menjalankan takdirku saja
 

 
apa yang kalian perbuat padaku
maka itulah yang akan kalian terima dariku
tak pernah terbersit dendam dalam diriku
tak ada kata sakit hati dalam penciptaanku
 

 
bila kalian menyakiti aku
tak hanya aku yang akan tersiksa
tapi sahabat-sahabat baik-ku
juga kalian dan sahabat-sahabat kalian
karena semua bernama kehidupan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...