Langsung ke konten utama

Sebuah Rasa


ketika cinta datang menyapa
birukan perasaan seakan terbang
datangnya dengan tiba tiba
runtuhkan relung hati
bagai bunga sedang mekar
merona indah sejukan pandangan
membara semangatnya
seakan membakar haluan didepannya
dalam hati menyimpan bangga
dalam harinya hadirkan sejuta cerita
separuh hiduppun ia curahkan
sepenuh tenaga ia berjuang
jiwa ragapun ia taruh kan
demi nama cinta ia berkorban
pancaran mata penuh harapan
tajam menatap ke depan
di tangannya genggam sebuah bahagia
seakan sirnahlah sluh duka lara
api cinta yang membara
jadikan nya satu senjata
yang kan mencabik kerasnya dunia
hilangkan sgala beda yang mendera
indah dan indah yang terlukis
saat rasa itu kian menyatu




Komentar

  1. Puisi yang memiliki sasaran ungkap yang nyata, yakni ingin menggambarkan perasaan seseorang ( atau penulisnya) yang sedang berbunga bunga. Sayangnya sasaran ungkap itu tidak maksimal karena pemilihan kata kata yang tidak runtut pada stiap baitnya.Sehingga aliran alur pikir yang ingin disampaikan terasa tersendat sendat. Klimaks suasana bathinpun tak tercapai karena setiap akan mencapai puncaknya sering terganggu oleh , perpindahan 'melodi situasi' dari bait berikutnya.

    Maaf ini bukan Penilaian tapi Pendapatku yang juga perlu dinilai.

    BalasHapus
  2. sip bagus banget loh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...