Langsung ke konten utama

Patah Hatiku


Aku menyapamu
Dengan rindu
Yang sekian lama terpendam
Seperti masa remaja
Birahiku bergelora
Sampai di ubun-ubun
Ingin rasanya bercumbu
Bermesra
Bila perlu bersetubuh
Sampai habis derita
Namun untuk kesekian kali
Kau berpaling
Dan menolak cintaku
Dengan segala siasatmu
Hatiku patah
Surat cinta yang ku kutip
Dari kitab Undang-Undang
Yang kau buat
Tak dapat meluruhkan hatimu
Pelacurlah kamu
Dalam sengketa cinta
Segitiga ini
Berapa kau jual cinta
Hingga kau rela
Disodomi dari segala penjuru
Investasi asing menari-nari
Seperti zaman drupadi ditelanjangi
Airmata tumpah
Puisi hanya mencatat sejarah
Pada siapa lagi aku percaya
Surat cinta yang ku kutip Dari kitab Undang-Undang
Yang kau buat
Tak dapat meluruhkan hatimu
Pelacurlah kamu

Mojokerto, Juni 2004


*

Saiful Bakri, Lahir di Mojokerto, 28 januari 1972.Puisi-puisinya tersebar di harian Radar Mojokerto, Majalah Bende Taman Budaya Jawa timur.
 
Buku-buku yang memuat puisinya adalah:
-11 PUISI SAIFUL BAKRI (tunggal)
-ANTOLOGI PUISI CANDI TERAKOTA (bersama,Forum Penyair Mojokerto)
-SELAMAT PAGI NGORO INDUSTRI (bersama, Komunitas buruh Hulig Hulig)
-BERITA BASI (tunggal, Dewan Kesenian Kota Mojokerto)
-DUKA ACEH DUKA BERSAMA (bersama,Dewan Kesenian Jawa Timur)
 
 
Aktif berkesenian bersama Teater Kaca, Teater Bakal nusantara, Forum Penyair Mojokerto, forum Apresiasi Sastra Mojokerto, Komunitas buruh pabrik sendok Hulig Hulig, Studi Teater Mojokerto. Sekarang menjadi pengurus Bidang Sastra Dewan Kesenian Kota Mojokerto 2004-2009.
 
Puisi-puisinya kadang muncul di milis :puitika,penyair, sastra-pembebasan, bumimanusia.
 
Tinggal bersama istri tercinta: Maslikah dan dua putra: Gacho dan Tegar,  di Jagalan gang 2 no.44 C Kota Mojokerto jawa timur Indonesia.
 
Email: ipulmojokerto@yahoo.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007