Langsung ke konten utama

10 Nominasi Puisi Bulan Ini Edisi Mei 2006 versi Puitika.net!

Pembaca yang budiman, akhirnya tiba waktunya kami mengumumkan puisi-puisi yang telah kami pilih untuk bisa dinikmati dan dipilih secara langsung oleh anda semuanya. Seperti yang telah kami syaratkan bahwa Sayembara Puisi Puitika Edisi Mei 2006 mengambil tema : Kematian dan Penderitaan. Sejak mulai dibuka sampai dengan penutupan kami telah menerima sekitar 50 puisi dari 30 penyair yang mengirimkan banyak puisinya untuk diikutsertakan. Sulit bagi kami untuk memilih puisi-puisi mana saja yang akan divotingkan.

Dengan pertimbangan kesesuaian tema,diksi, dan eksplorasi kata serta bentuk maka kami editor menetapkan 10 puisi yang akan divotingkan kepada anda semua.

Puisi-puisi itu antara lain:

  1. Dia Perempuan

  2. Lukisan Kelabu

  3. Telah Kulangitkan Duka Buatmu, Sih

  4. Tanah Pekuburan

  5. Jalaran Ajal

  6. Ingin Menikmati

  7. Runyam

  8. Haruskah Kusapa Engkau Gusti?

  9. Komang

  10. Sepasang Maut



Anda bisa melihat satu demi satu puisi di atas di sebelah kiri situs di bawah topik "Nominasi Sayembara"

Kami panitia mengambil kebijakan untuk tidak mencantumkan nama penulis. Akan tetapi kami menjamin kebenaran bahwa puisi-puisi ini adalah milik penyair yang telah mengirimkan puisi kepada panitia. Alasan utama adalah bahwa kami tidak ingin nama dan latar belakang penyair menjadi halangan independensi dan obyektifitas anda semua sebagai pembaca untuk memilih puisi yang divotingkan. Kami akan menyebutkan nama dan biodata secara lengkap pada saat Pengumuman Puisi Bulan Ini. Inilah saatnya bagi anda semuanya untuk memilih puisi yang menurut anda bagus.

Masa Voting akan dimulai 20 Juni - 29 Juni 2006

Pengumuman Pemenang Tanggal 30 Juni 2006

Kirimkan dukungan anda melalui email: votingpuisi@puitika.net

Dengan menulis judul puisi di headline email dan menuliskan komentar minimal 50 kata.

Satu orang hanya boleh mendukung satu puisi.


Kami akan mengundi dukungan anda untuk memilih satu orang yang beruntung mendapatkan cinderamata dari Puitika.Net. Inilah saatnya anda memilih sendiri puisi yang menurut anda bagus. Gunakan hak Pilih anda!!

Panitia Sayembara Puisi Puitika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...