Langsung ke konten utama

Janin Merah-Putih

dan bersiap untuk mengibarkan kibar bendera merah-putih

janin
kemudian
menjadi sesosok kasih yang tak mungkin ku lepas ke rimba raya tanpa cinta

lalu sayup genderang di setiap titik penjuru bumi
wow, ada peperangan
entah warna apa yang mereka jadikan kibar bendera-bendera  perang
merah, kuning, biru,hijau, coklat
ah, tak ada bendera putih rupanya

tangis
bukan, bukan tangis
tapi erangan penuh arti dari jasad baru di bumi yang tua

janin
kemudian
menjadi sesosok kasih yang tak mungkin ku lepas ke rimba raya tanpa cinta

ada begitu banyak topeng
topeng binatang, topeng setan, topeng-topeng penuh kengerian
tak ada raut senyum kejujuran, tak ada raut kasih penuh rasa

tangis
bukan, bukan tangis
tapi jeritan atas hitam yang melekat pada bumi yang dusta

janin
kemudian
menangis di pangkuanku
yang telah berjasad baru,
dan bersiap untuk mengibarkan kibar bendera merah-putih

bumi lada, 15 mei 2006


Komentar

  1. kenapa kita tidak bisa bersua dalam kata kawan aku benci keheningan, mati rasa kah kau kawan. atau kebisuan itu emas?
    aku lebih suka sumpah serapah daripada mati kesepian

    BalasHapus
  2. hening itu indah kalau kamu mau menghayatinya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...