Langsung ke konten utama

Plural



dunia meraksa selaksa jiwa
terus beropini tentang perubahan
berkesinambungan antara jeda-jeda
tercipta biru, tercipta ragu, berfusi jenis-jenis berseliweran
atas tempat, idealisme, ikat-mengikat
mempertahankan yang menguntungkan
mengecam yang merugikan

kemudian kita meniru, serupa tabu
namun mencari baik disela buruk
dan benda-benda diciptakan
untuk peperangan itu, mereka benda

antara besar, kuat, kaya, raja
dan kecil, lemah, miskin, rakyat jelata
mencari tertinggi menenggelamkan terendah
dan perjalanan terus seperti itu

karena ini dunia
selalu mengenal perbedaan
diantara kesamaan
disela-sela rasa yang meronta

pembunuhan-pembunuhan terorganisir
sejarah terulang-ulang

kumpulan preman menarik pungutan
kesatuan polisi mengumpulkan pajak
sama-sama dengan dalih keamanan

memberikan tanpa meminta
bisakah?

defisit

lagu-lagu cinta kasih
dendang menolong sesama
menggema setiap detik
tempat-tempat ibadat terpadati
penyesalan atas segala kesalahan

namun dilakukan lagi
sejarah terulang-ulang
beda dan atau sama bentuk
berganti orang yang menganut

dan waktu yang terus berjalan
kembali menciptakan ikat-mengikat
hitam, putih, sawo matang
asia, amerika, eropa, afrika, australia
islam, kristen, yahudi, hindu, budha
sunda, jawa, betawi, batak, minang
gradasi-gradasi yang nyata.

menjatuhkan yang sangat kuat
karena potensial untuk berbuat seenaknya
dengan kumpulan lemah-lemah
hingga cukup kuat

bergesekan lagi
redam lagi
bergesekan lagi
redam lagi

April '06

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...