Langsung ke konten utama

Launching dan Bedah Buku "Dialog-Dialog Sumbang" Ars Ilalang

Launching dan Bedah Buku "DIALOG-DIALOG SUMBANG" Karya: A. Rego S. Ilalang, Tanggal 20 Mei 2006 di Resto Gama Watugong Malang. Undangan ini terbuka untuk semua pihak. Selain itu dalam acara ini akan dibacakan pula pengumuman pemenang Lomba penulisan Cerpen se-Malang Raya.



Berikut lebih lanjut mengenai Lomba penulisan cerpen tersebut.


LOMBA PENULISAN CERPEN (PELAJAR(SMP/SMA)-MAHASISWA/UMUM) SE MALANG RAYA
DALAM RANGKA DIES NATALIES UAPKM UB XXIII
MENGADAKAN LOMBA PENULISAN CERPEN SEMALANG RAYA.

Tema: Bebas

Kategori Pelajar (SMP-SMA)
Kategori Umum (Mahasiswa/Umum)

Syarat-syarat:

  • Tinggal di wilayah Malang Raya (Kodya Malang, Kab. Malang, Kodya Batu) dengan bukti Kartu Pelajar, KTM atau KTP.
  • Membayar uang pendaftaran Rp. 5.000,-/judul
  • Dapat mengirimkam lebih dari satu judul
  • Diketik: spasi 1,5 Time new roman 12, Marjin TLBR (4433)
  • Diserahkan dalam bentuk Printout dan Disket/CD
  • Batas akhir penyerahan 13 Mei 2006


TOTAL HADIAH Rp. 900.000,-

Tempat kesekretariatan:
UAPKM-UB
Sekber Unitas Kavling 10 Universitas Brawijaya
Jl. MT Haryono 169 Malang
Buka 24 jam

Pengumuman pemenang 20 Mei 2006
di Resto GAMA Watu Gong jam 19.00
dengan Launching dan Bedah Buku "DIALOG-DIALOG
SUMBANG" Karya: A. Rego S. Ilalang
Pembacaan cerpen terbaik Oleh: A. Rego S. Ilalang

contak person :
Taubah (08175232488)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...