Langsung ke konten utama

Kamu Tau..


kamu tau.. aku tak ingin cinta yang bisa sering kamu ucap untukku, aku tak butuh kata yang bisa senantiasa kamu buai ketelingaku, aku tak haruskan kamu menyumpah kata bermakna janji yang hanya akan buat kita terkunci tak berdaya. aku hanya mau pelukan hangat raga dan hatimu yang akan selalu bisa merengkuhku disaat mauku tiba.pelukan yang mampu nyamankanku..buaikanku..lemahkanku..buatku lupa semua skenario yang mengharuskanku berlaku.

kamu tau.. asaku tak seindah dulu, cara pikirku tak sewajar lalu.karena kembali skenarioku membuatku saat ini..esok..dan nanti seperti telah kamu pahami.mungkin bila ku sanggup kuteriakkan kepada seluruh nafas dimuka bumi bahwa "inilah sekarang aku!" yang kembali bila harus jujur aku tak inginkannya!

kamu tau.. aku lelah laluinya.aku terbuai bebaninya.selalu harus aku terlihat indah disemua tatap mata tanpa mereka tau ketika sendiri hampiriku aku rapuh mendekat mati! entah kapan berhentinya waktu yang bisa membuat akhiri semua.aku.. hanya menanti saat itu. kamu tau.. bila satu masa haruskanmu menyumpah kata bermakna janji untuk hati selain aku, lakukanlah tanpa harus kamu palingkan lagi raga dan asamu padaku.jangan kamu jadikan aku sebuah dinding kokoh yang berkunci tanpa bisa kamu buka. karna kamu dari awal tau aku tidak seperti pikirmu!

kamu tau.. bagaikan burung dengan sayap rapuhnya terbang ikuti angin arahkan hatinya.malam yang dingin sahabat terdekatnya dipayungi bulan bermandikan bintang. ibaratkan aku walau tak indah lagi aku masih bisa lalui dan jalani sisa nafasku dan melihatmu dimanapun ku berpijak.

kamu tau.. tanpa tau kapan berawal tapi aku tau saat berakhir.ketika nafas terakhirku tiba itu saat ragamu..hatimu..lepas dari jiwaku.dan bila mungkin kembali raga dan hatimu hampiriku itu dimana kehidupan lain telah menanti didepan mata..kita..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007