Langsung ke konten utama

Gadis Hujan

                    :Pit


Kaulah gadis hujan, hadir dengan senyum bumi. Merekah di setiap tetes-tetes air yang terkibas dari atap langit. Mengguyur menerjang gemuruh halilintar.

Kaulah gadis hujan dan hujan itu sendiri. Menggelontor pekat angkasa. Menyirami kerontang kemarau bumi.Membasuh dedaunan dari debu-debu menanda noda. Membilas udara dari logam berat berkarat di lapis-lapis atmosfir. Kaulah gadis hujan dan hujan itu sendiri.

Aku ingin menjadi air yang kau tabur hingga membasahi telapak tangan dan jari-jari lentikmu. Juga membasuh rambutmu mengelus dengus nafasmu. Meraba setiap lekuk indah meranum tubuhmu. Hingga kau bersetubuh dengan bumi kembali dan bumi tak berlinang air mata lagi.

Kau gadis hujan di bawah guyur hujan. Hadir dengan senyum bumi.


ARS Ilalang, Kavling 10 Malang, 05-02-2006 22:22:00


Komentar

  1. apa kabar, kawan
    jalan saja
    usah menoleh
    jika memang begitu yang niscaya

    kita dan sejarah
    lahir dalam jejak yang sama
    satu kata pun
    adalah nafas bagi sejarah
    demi mengenali kita

    --ao

    BalasHapus
  2. ah
    aku begitu cemburu padamu
    kirimkan tetesnya untukku

    BalasHapus
  3. untuk geri sugiran as
    aku tak bermaksud membuatmu cemburu dengan gemulai tarian gadis hujanku di bawah tetes air hujan. karena ia ada untukku...
    Hehehehehe....

    untuk lodzi
    Kabar baik dzi, aku masih tetap sama seperti dulu menyapamu walau kita ada di seberang jalan. aku masih tetap melangkah demi waktu yang semakin sempit dan ruang yang semakin lama semakin pengap ini.
    Dzi, kata orang sejarah putih diciptakan oleh penguasa dan oleh mereka yang kuat. Tapi menurutku SEJARAH selalu diciptakan oleh orang-orang yang perduli.
    dan kukira kamu adalah orang yang selalu perduli. dan sejarah telah kau torehkan.
    kau sadari maupun tidak kau sadari....
    Aku selalu menunggumu memperpanjang torehan sejarahmu......

    BalasHapus
  4. tak ada definisi lagi kiri dan kanan
    ia hanyalah petanda sederhana yang juga pnuh muatan absurd, bahkan mungkin tak terjelaskan.

    simpangmu simpangku biarlah hidup dalam takdir keniscayaan
    ada oleh keharusan
    menyejarah dalam ketetapan
    ketetapan dalam apa yg kita percaya sebagai pilihan

    just keep our soul..our spirits.
    kita akan sama2 hadir dalam perjamuan suatu saat
    dimana akan diumumkan di sana
    misteri narsisius, telaga dan kasidah para peri...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Khusus Wawancara dengan Penyair

SANG wartawan itu akhirnya bisa juga mencuri kesempatan, bertemu dengan Penyair Pujaan. Sejumlah pertanyaan sudah lama dia persiapkan. Sudah lama mendesak, "kapan kami diajukan?" Tapi, maklum penyair sibuk, ada saja halangan. Wawancara pun berkali-kali harus dibatalkan. *** + Anda sibuk sekali, Penyair? Ya, saya harus melayani kemalasan, masih direcoki oleh khayalan, dan sesekali harus bersembunyi jauh keluar dari diri sendiri. Belum lagi omong kosong yang sering datang bertamu, tak tentu waktu. Jangan kira jadi penyair itu enak. Jangan kira penyair itu seorang penguasa kata-kata. Kau tahu? Penyair yang baik itu adalah pelayan kerisauan bahasa. Dia harus memperlapang, apabila ruang pemaknaan menyempit. Dia harus mengajak dolanan, jika bahasa dirudung kemurungan. Tapi, dia harus mengingatkan, pabila bahasa mulai gurau kelewatan. + Ngomong-ngomong, puisi Anda pada kemana nih? Kok sepi? Ya, belakangan ini saya memang tidak banyak melahirkan puisi. Saya hanya menyiapkan banyak se...