asap mengepul dari tungku pertama,
di susul tungku kedua hingga tungku keseribu
hanya berselang dalam hitungan menit, setiap hari
tubuh-tubuh lesu kian melemah dalam kepongahan
si kecil dalam kepolosannya
menerima hembusan asab seribu tungku
nafasnya sesak dalam ke takberdayaan
ia jadi pusat perhatian, sekaligus pusat kepongahan
dari tubuh-tubuh tua yang pongah karena tak tau tuanya
tanggung jawab dan komitmen hanya ada di ujung bibir
terus mencericit bak curut dalam keriangan hampa
lompat kesanakemari memantik bara tungku-tungku itu
beremberember air menyiram,
tungku-tungku itu tetap nyala secara bergantian
mati tungku pertama hidup tungku kedua,
disusul tungku tiga hingga tungku kesembilanratus sembilan puluh sembilan
entah sampai kapan
rumah seribu tungku terus menyala
dalam rona pesona dunia
Medan Merdeka Timur, 19 Maret 2005
di susul tungku kedua hingga tungku keseribu
hanya berselang dalam hitungan menit, setiap hari
tubuh-tubuh lesu kian melemah dalam kepongahan
si kecil dalam kepolosannya
menerima hembusan asab seribu tungku
nafasnya sesak dalam ke takberdayaan
ia jadi pusat perhatian, sekaligus pusat kepongahan
dari tubuh-tubuh tua yang pongah karena tak tau tuanya
tanggung jawab dan komitmen hanya ada di ujung bibir
terus mencericit bak curut dalam keriangan hampa
lompat kesanakemari memantik bara tungku-tungku itu
beremberember air menyiram,
tungku-tungku itu tetap nyala secara bergantian
mati tungku pertama hidup tungku kedua,
disusul tungku tiga hingga tungku kesembilanratus sembilan puluh sembilan
entah sampai kapan
rumah seribu tungku terus menyala
dalam rona pesona dunia
Medan Merdeka Timur, 19 Maret 2005
Komentar
Posting Komentar