Kau menari diatas bongkahan genting rembulan, menggenangi keniscayaan mengerangi kebutaan
Serpihan memercik deru semboja, tadinya kukira hujan itu tangismu yang tanpa henti menyusup ke muara
Rambutmu menjadi sehelai cahaya yang memintal terpilin rapi dalam gulungan semesta merengkuh
Ciuman yang terpagut dalam angin yang berhembus menyatukan kita dalam setiap hirup nafas
Bingkai yang menatap kita adalah sekotak cumbuan terderap menjejak keheningan kelabu
Resahmu terbangun dari kelunya jujur ucap beribu kata kata terbata dalam lantunan yang menggelegak
Wajahmu sendu terengkuh dari dalamnya samudra yang menjuntai dan ingin menyeruak ke permukaan
Dalam lenggang jalanmu tak hendak menunjuk arah tempuh namun persimpangan menghentikan dera langkah
Sebentuk gelora menyembulkan taringnya yang tumpul mengerat seperti ingin menyudahi kelam di batinmu
Tubuhmu berkeping keping menjelma dalam keabadian menerawangi berbagi saling mengisi dalam lembar ingatan
Kekasih, hidup ini diselimuti pemberontakan tidak mengerang dalam kesenyapan
Degup jantungmu memompa kehidupan menopang gerak memacu darah yang mengalir merambat
Dalam turunan curam kita terpeleset menggelinding menjadi bola salju
Dan kita pun menyudahi pertanyaan dengan menyerahkan kepada dunia untuk menemui jawabnya sendiri
Bandar Lampung 2006
Komentar
Posting Komentar