Langsung ke konten utama

Penutupan Tanggal 05 April 2006

Panitia masih menerima puisi yang akan diikutkan sayembara puisi puitika sampai dengan tanggal 05 April 2006. Bagi yang berkeinginan untuk ikut serta dapat mengirimkan puisinya ke alamat email :

sayembarapuisi@puitika.net

Pengumuman nominasi puisi yang akan diikutkan lomba diumumkan secara resmi melalui situs www.puitika.net pada tanggal 07 April 2006.

-----

Sayembara ini diharapkan dapat memunculkan berbagai bentuk eksplorasi dan gagasan baru pada penulisan puisi. Panitia mengambil tema : REFLEKSI REFORMASI. Panjang naskah maksimal 500 kata. Naskah dikirim ke panitia lewat email. Pengiriman naskah paling lambat tanggal 30 Maret 2006, disertai tulisan Sayembara Penulisan Puisi di headline e-mail. Puisi yang dikirim harus disertai biodata lengkap.


Editor akan memilih 10 puisi untuk di votingkan secara langsung untuk pembaca puitika.net.Puisi dengan suara terbanyak secara aklamasi akan menjadi Puisi Bulan Ini

Puitika.net menyediakan hadiah menarik bagi pemenang pertama puisi berupa buku puisi penyair Ars Ilalang dan Nanang Suryadi plus tanda tangan asli mereka, kaos puitika.net dan piagam dari puitika.net. tersedia juga hadiah menarik buat pengirim dukungan yang akan di undi oleh pihak panitia.

Dukungan yang diberikan selain mencantumkan judul Puisi yang di pilih juga mencantumkan alasan memilih puisi . Minimal 50 kata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membincang Telimpuh Hasan Aspahani

Membaca puisi-puisi dalam Telimpuh, kumpulan puisi kedua Hasan Aspahani, ibarat menyimak percakapan yang digambar dengan berbagai teknik dan dipulas dengan warna-warna yang melimpah. Tengok saja: ”Lupakan aku,” ujarmu dengan suara pipih dan lembab di bingkai pertama, balon percakapan itu tiba-tiba pecah dan menjelma kabut, juga dingin dan kata-kata di dalamnya jadi percik rintik. Aku menggambar payung untukmu, tapi kau menolak dan meminta aku memelukmu: ”Biarkan aku basah dan hilang dalam sejarah ingatanmu.”

Puisi-Puisi Emong Soewandi

MOSAIK SEBUAH JEMBATAN KEDUKAAN kedukaan kini mesti diseberangi dengan berat yang mungkin tak terimbangkan antara aku dan keinginan, serta hati yang telah tertatih membimbing imajinasi ke puisi romantik tentang laut dan pelangi. maka jadilah bentuk dan garis bersinggungan tak-beraturan tanpa pangkal tanpa akhir tanpa isi tanpa tubuh adalah kegelisahan sebagai sandi-sandi rahasia yang memerlukan kunci pembuka diikat dengan rantai-rantai matahari ambang fajar. namun selalu saja lupa dimana ditaruh sebelumnya atau, mungkin telah lolos dari kantung untuk ingkari kesetiaan janji tentang bertanam benih di lahan yang baik ah, tentu butuh waktu untuk menemukannya sementara galau telah sampai di puncak tanpa purna-kepastian bengkulu, oktober 2005 LALU KEMARAU DI BULAN KEEMPAT belum ‘kan ada bunga kopi mekar, yang tegak di atas cadas. di antara daunan yang terkulai ditampar kering bumi. yang memang sulit tepati janji berikan mata air. maka jadilah pagi hari kita cukupkan saja dengan selemba...

Tulisan yang Terhapus pada Kantung Infus

  Ada yang ingin ditulisnya pada setiap tetes cairan infus : semacam doa, mantra, atau sebuah gumam belaka 1/ Dia menduga bentuk sakitnya adalah sebuah kolam dan tiap tetes cairan infus akan membuat riak kecil di permukaannya, seperti butiran hujan yang pecah di atas patung batu Malin Kundang sesaat setelah dikutuk Ibunda diam-diam dia mulai menduga : inikah sakit anak perantauan? 2/ Ketika pada tangannya hendak dimasukkan sebentuk selang kecil ada rasa sakit, seperti jemari lentik Ibu mencubit masa kanak dia bergumam,” Ibu tetap tersenyum meski aku begitu nakal.” lalu dia memilih tertawa kecil, alih-alih mengaduh pelan 3/ Yang dia tahu, ada tulisan tangan Ibunda tersayang terhapus pada kantung infus. Menetes pelan-pelan, memasuki sebuah nadi dalam tubuhnya 2007