Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2008

Nurita: Sajak tak Tersua

nurita, senja mengajariku arti perpisahan. di sudut beranda matahari melepas gaun bercahaya. dalam satu kecupan saja kata-kata lebur melabur warna merah, jingga serta nila yang bersenyawa di luas udara. kulihat dedaun runduk memanggul makna, keberangkatan ini merupa hangat yang berkhianat pada lembut cuaca adakah serupa jelaga? sayu tatapanmu menyimpan malam yang sempurna namun dinginnya tiada sampai membangun sarang bagi jalan kesetiaan yang lebih panjang dan fana. kini rumah batinku hidup dalam cekal bebayang sembari masih kusimpan lanskap lukisan senja –di mana kabut-kabut muda berkejaran dengan gelap dan lindap yang berarak, berduyun dan bersorai menuju belahan lain dari waktu yang membatu di ceruk lesung pipimu nurita, senja adalah lembar terakhir sekaligus pertama yang musti kau baca dalam bahasa sederhana aksara bertebaran seakan melepas muatan harapan membisu ketika tak tersua sajak dalam kilat remang senja di matamu aku yakin, waktu tak pernah susut dan undur meski gerak jente...

Kuatrin Hujan

terbukanya gerbang langit adalah rinai jenuh butiran embun siapa berjalan, siapa diam bila rerumput kalut lalu ngungun? adakah ia menulis di air, di bawah desir, di punggung bumi yang tertakdir? ah, hujan dalam diri serupa ihwal di jantung bumi: pergi dari sunyi, pergi                                                                                               untuk sunyi Surabaya, 2006